KESULITAN BELAJAR

KESULITAN BELAJAR

A. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning disability. Terjemahan tersebut sesungguhnya kurang tepat karena learning artinya belajar dan disability artinya ketidakmampuan, sehingga terjemahan yang benar seharusnya adalah ketidakmampuan belajar.
Burton mengidentifikasikan seorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh Burton sebagai berikut :
1. Siswa dapat dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan minimal dalam pelajaran tertentu.
2. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya.
3. siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian social.
1. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai persyaratan bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya.
Dari keempat definisi diatas, dapat kita simpulkan bahwa seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan dalam program pelajaran maupun tingkat perkembangannya).
Menurut Clement kesulitan belajar adalah kondisi di mana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau diatas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensorimotorik.

B. Klasifikasi Kesulitan Belajar
Menurut Kirk dan Gallagher (1986), kesulitan belajar dikelompokkan menjadi dua kelompok besar :
1. Developmental Learning Disabilities
a. Perhatian (attention disorder)
Anak dengan attention disorder akan merespon berbagai stimulus yang banyak. Anak ini selalu bergerak, sering teralih perhatiannya, tidak dapat mempertahankan perhatian yang cukup lama untuk belajar dan tidak dapat mengarahkan perhatian secara utuh pada sesuatu hal.
b. Memory Disorder
Memory disorder adalah ketidakmampuan untuk mengingat apa yang telah dilihat atau didengar ataupun dialami. Anak dengan mgan masalah memory visual dapat memiliki kesulitan dalam me-recall kata-kata yang ditampilkan secara visual. Hal serupa juga dialami oleh anak dengan masalah pada ingatan auditorinya yang mempengaruhi perkembangan bahasa lisannya.
c. Gangguan Persepsi Visual dan Motorik
Anak-anak dengan gangguan persepsi visual tidak dapat memahami rambu-rambu lalu lintas, tanda panah, kata-kata yang tertulis, dan symbol visual yang lain. Mereka tidak dapat menangkap arti dari sebuah gambar atau anka atau memiliki pemahaman akan dirinya. Contohnya seorang anak yang memiliki penglihatan normal namun tidak dapat mengenali teman.
d. Thinking Disorder
Thinking disorder adalah kesulitan dalam operasi kognitif pada pemecahan masalah, pembentukan konsep dan asosiasi. Thinking disorder berhubungan dekat dengan gangguan verbal.
e. Language Disorder
Merupakan kesulitan belajar yang paling umum dialami pada anak pra sekolah. Biasanya anak-anak ini tidak berbicara aatu merespon dengan benar terhadap instruksi atau pernyataan verbal.
2. Academic Learning Disabilities
Academic Learning Disabilities adalah kondisi yang menghambat proses belajar yaitu dalam membaca, mengeja, menulis atau menghitung. Ketidakmampuan ini muncul pada saat anak menampilkan kinerja di bawah potensi akademik mereka.

C. Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis kesulitan belajar merupakan suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap/seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternative kemungkinan pemecahannya.
Ross dan Stanley menggariskan tahapan-tahapan diagnosis itu sebagai berikut :
1. Siapa siswa-siswa yang mengalami gangguan?
2. Dimanakah kelemahan-kelemahan itu dapat dilokalisasikan?
3. Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi?
4. penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan?
1. Bagaimana kelemahan itu dapat dicegah?

I. Macam-macam Kesulitan Belajar
a. Dilihat dari jenis kesulitan belajar
• Ada yang berat
• Ada yang sedang
b. Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari
• Ada yang sebagian mata pelajaran
• Ada yang sifatnya sementara
c. Dilihat dari sifat kesulitannya
• Ada yang sifatnya menetap
• Ada yang sifatnya sementara
d. Dilihat dari segi faktor penyebabnya
• Ada yang karena faktor inteligensi
• Ada yang karena faktor non-inteligensi.

II. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Ada beberapa penyebab kesulitan belajar yang te terdapat pada literature dan hasil riset (harwell, 2001) yaitu :
1. Faktor keturunan/bawaan
2. Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau premature
3. Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi atau ibu yang merokok, menggunakan obat (drug) atau meminum alcohol selama masa hamil.
1. Infeksi telinga yang berlubang pada masa bayi dan balita.
Sedangkan menurut Muhibbin syah, penyebab kesulitan belajar itu dipengaruhi oleh faktor intern anak didik dan ekstern anak didik. Menurutnya faktor-faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik anak didik, yaitu :
1. Yang bersifat kognititf (ranah cipta), antara lain rendahnya kapasitas intelektual anak didik.
2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), seperti labilnya emosi dan sikap.
3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran.
Sedangkan faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar anak didik.
I. Karakteristik Kesulitan Belajar
Menurut Vallet (dalam Sukadji, 2000) terdapat tujuh karakteristik yang ditemui pada anak dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar disini di artikan sebagai hambatan dalam belajar, bukan kesulitan belajar khusus.
1. Sejarah kegagalan akademik berulang kali.
Pola kegagalan dalam mencapai prestasi belajar ini terjadi berulang-ulang. Tampaknya memantapkan harapan untuk gagal sehingga melemahkan usaha.
2. Hambatan fisik/tubuh atau lingkungan berinteraksi dengan kesulitan belajar.
Adanya kelainan fisik, misalnya penglihatan yang kurang jelas atau pendengaran yang terganggu berkembang menjadi kesulitan belajar yang jauh di luar jangkauan kesulitan fisik awal.
3. Kelainan motivasional.
Kegagalan berulang, penolakan guru dan teman-teman sebaya, tidak adanya reinforcement. Semua ini ataupun sendiri-sendiri cenderung merendahkan mutu tindakan, mengurangi minat untuk belajar, dan umumnya merendahkan motivasi atau memindahkan motivasi ke kegiatan yang lain.
4. Kecemasan yang samar-samar, mirip kecemasan yang mengambang.
Kegagalan yang berulang kali, yang mengembangkan harapan akan gagal dalam dalam bidang akademik dapt menular ke bidang-bidang pengalaman lain. Adanya antisipasi terhadap kegagalan yang segera datang, yang tidak pasti dalam hal apa, menimbulkan kegelisahan, ketidaknyamanan, dan semacam keinginan untuk mengundurkan diri. Misalnya dalam bentuk melamun atau tidak memperhatikan.
5. Perilaku berubah-ubah, dalam arti tidak konsisten dan tidak terduga.
Rapor hasil belajar anak dengan kesulitan belajar cenderung tidak konstan. Tidak jarang perbedaan angkanya menyolok dibandingkan dengan anak lain. Ini disebabkan karena naik turunnya minat dan perhatian mereka terhadap pelajaran. Ketidakstabilan dan perubahan yang tidak dapat diduga ini lebih merupakan isyarat penting dari rendahnya prestasi itu sendiri.
6. Penilaian yang keliru karena data tidak lengkap.
Kesulitan belajar dapat timbul karena pemberian label kepada seorang anak berdasarkan informasi yang tidak lengkap. Misalnya tanpa data yang lengkap seorang anak digolongkan keterbelakangan mental tetapi terlihat perilaku akademiknya tinggi, yang tidak sesuai dengan anak yang keterbelakangan mental.
7. Pendidikan dan pola asuh yang didapat tidak memadai
Terdapat anak-anak yang tipe, mutu, penguasaan, dan urutan pengalaman belajarnya tidak mendukung proses belajar. Kadang-kadang kesalahan tidak terdapat pada system pendidikan itu sendiri, tetapi pada ketidak cocokan antara kegiatan kelas dengan kebutuhan anak. Kadang-kadang pengalaman yang didapat dalam keluarga juga tidak mendukung kegiatan belajar.

IV. Cara Mengatasi Kesilitan Belajar
Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor kesulitan belajar sebagaimana diuraikan diatas. Oleh karena itu mencari sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab penyerta lainnya, adalah menjadi mutlak adanya dalam rangka mengatasi kesulitan belajar.
Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu :
1. Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi. Menurut Sam Isbani dan R. Isbani dalam pengumpulan data dapat dipergunakan berbagai metode, diantaranya adalah Observasi, Kunjungan rumah, meneliti pekerjaan anak dll.
2. Pengolahan data
Semua data yang telah terkumpul dari tahap pertama harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak. Langkah yang ditempuh antara lain identifikasi kasus, membandingkan antara kasus, membandingkan dengan hasil tes serta menarik kesimpulan.
3. Diagnosis
Diagnosis dapat berupa keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak, keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar serta keputusan mengenai faktor utama Penyebab kesulitan belajar.
4. Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam penyusunan program bantuan terhadap anak didik yang berkesulitan belajar dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan rumus 5W+1H.
5. Treatment (perlakuan)
Perlakuan disini dimaksudkan adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan antara lain melalui bimbingan belajar individual, melalui bimbingan belajar kelompok, melalui remedial teaching dll.
6. Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik. Bila treatment gagal harus diulang, kegagalan treatment yang kedua harus diulangi dengan treatment berikutnya. Begitulah seterusnya sampai benar-benar dapat mengeluarkan anak didik dari kesulitan belajar.

0 comments:

Post a Comment