AT-TARBIYAH BI AL-MUMARASAH WA AL-‘AMAL

A. Pengertian At-Tarbiyah Bi Al-Mumarasah Wa Al-‘Amal
Ilmu pendidikan Islam merangkum metodologi pendidikan Islam yang tegas dan fungsinya adalah memberikan jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan Islam tersebut. Sehingga untuk menjalankan tujuan yang akan dicapai maka ada banyak cara atau metode yang ditawarkan, salah satunya adalah At-Tarbiyah Bi Al-Mumarasah Wa Al-‘Amal . Definisi At-Tarbiyah Bi Al-Mumarasah Wa Al-‘Amal menurut bahasa adalah Tarbiyah bisa diartikan sebagai pendidikan. Al-Mumarasahmenurut bahasa adalah latihan, sedangkan Al-‘Amal menurut bahasa adalah pengamalan. Sedangkan menurut istilah At-Tarbiyah Bi Al-Mumarasah Wa Al-‘Amal adalah metode atau cara melakukan proses pendidikan dengan memberikan latihan ataupun pembiasaan dan pengamalan atau mengaplikasikannya.
Sedangkan definisi At-Tarbiyah Bi Al-Mumarasah Wa Al-‘Amal menurut beberapa ahli, diantaranya sebagai berikut:
Menurut Shalahuddin mengatakan bahwa, suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu ketrampilan supaya menjadi permanen.
Menurut Roestiyah N.K At-Tarbiyah Bi Al-Mumarasah Wa Al-‘Amal adalah suatu metode atau teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, siswa memilki ketangkasan atau ketrampilan yang tinggi dari apa yang telah dipelajari.
Menurut Zuhaidi At-Tarbiyah Bi Al-Mumarasah Wa Al-‘Amal adalah suatu metode dalam pengajaran denagn jalan melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.
Menurut Zakiyah Darajat mengatakan bahwa, penggunaan istilah latihan serring disamakan dengan istilah ulangan padahal maksudnya berbeda. Latihan dimaksudkan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya. sedangkan ulangan adalah hanya sekedar untuk mengatir sudah sejauh mana ia menyerap pelajaran tersebut.
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan ketrampilan. Dari segi pelaksanaanya siswa terlebih dahulu telah dibekali dengan pengetahuan secara teori secukupnya. Kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru, siswa disuruh mempraktikkan sehingga menjadi mahir dan terampil.

B. Urgensi At-Tarbiyah Bi Al-Mumarasah Wa Al-‘Amal
Salah satu metoda yang digunakan Rasullulah SAW dalam mendidik para sahabatnya adalah metode latihan atau pembiasaan. Diriwayatkan melalui Abu Hurairah r.a, bahwa seorang laki-laki memasuki masjid, sedangkan Rasullulah SAW duduk di sudut masjid. Kemudian laki-laki itu shalat, lalu datang menghampiri Nabi dan mengucapkan salam. Rasullulah SAW menjawab ‘Alaikassam. Kembalilah dan bersholatlah, karena sesungguhnya engkau belum sholat. Maka lelaki itu sholat, lalu datang menghampiri Nabi dan mengucapkan salam. Nabi menjawab:’Alaikassalam. Kembalilah dan sholatlah, karena sesungguhnya engkau belum sholat. Kegiatan ini berulang laki dilakukan lelaki itu dan akhirnya ia berkata: Ajarilah aku Rasullulah. Maka Rasullulah SAW, bersabda: Apabila engkau hendak mendirikan sholat, maka sempurnakanlah wudhlu, lalu menghadaplah ke arah kiblat, lalu bertakbirlah, lalu bacalah dari Al-Qur’an apa yang mudah bagimu, kemudian rukuklah hingga engkau tenang dalam ruku’mu, kemudian bangkitlah sujudlah hingga tenang dalam sujudmu, kemudian bangkitlah sehingga engkau tenang dalam dudukmu. Kemudian lakukanlah hal yang seperti itu di dalam keseluruhan sholatmu. (H.R. Bukhari dan Muslim). Kemudian Rasullulah SAW, bersabda: Apabila engkau telah melakukan yang demikian, maka telah sempurnalah sholatmu, maka engkau telah menguranginya dari sholatmu.
Sehingga jelas bahwa sahabat ini setelah kembali pulang ia sholat sebabgaimana diajarkan oleh Rasullulah SAW kepadanya sambil memebandingkannya dengan sholat-sholat yang dilakukannya sebelum itu kemudian sahabat itu semakin haus untuk belajar.
Dari hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim diatas dapat dipetik beberapa implikasi pendidikan yaitu:
1. Rasullulah SAW berusaha menarik perhatian pelajar.
2. Beliau memberikan kesempatan untuk berusaha membetulkan kekeliruannya sendiri, apabila tidak mampu maka ia menanyakan kepada beliau.
3. Beliau tidak menjelaskan kepadanya bagaimana sholat yang betul itu, sampai ia sendiri menanyakannya. Metode ini akan lebih berkesan di dalam jiwa pelajar, lebih mengundang untuk menangkap dan menerimanya, sehingga perihal mengerjakan sholat akan lebih melekat dalam ingatan
Islam adalah agama yang menghubungkan secara erat antara menusia dengan Rabb-nya, Pencipta semesta alam. Islam adalah agama yang menuntut kita supaya mengerjakan amal shaleh yang diridhai oleh Allah. Hal ini disebabkan makhluk insani terdiri atas ruh dan jasad, sedangkan Islam menegakkan keseimbangan antara ruh dan jasad antara realita sosial insani, dengan tujuan-tujuan dan perundang-undangan yang ideal.
Oleh karena itu amal manusia mempunyai saham penting dalam menyelamatkannya dari siksaan Allah pada hari perhitungan. Adalah termasuk manusia jahat, jika seseorang mengetahui tetapi dia tidak mengamalkan pengetahuannya. Usamah bin Zaid r.a mendengar bahwa Rasullulah SAW, bersabda:

يُجَاءُ بِالْرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِى النَّارِ فَتَنْدَلِقُ اَقْتَابُهُ فَيَدُوْرُبِهَا كَمَا يَدُوْرُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ فَيَجْتَمِعُ اَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ فَيَتُوْلُوْنَ : يَافُلاَنُ مَاشَأْنُكَ؟ اَلَسْتَ كُنْتَ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ؟ فَيَقُوْلُوْنَ : كُنْتَ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوْفِ وَلاَ ﺁتِيْهِ قَالَ : وَاِنِّى سَمِعْتُهُ يَعْنِى النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَرَرْتُ لَيْلَةً اَسْرَى بِيْ بِاَقْوَامٍ تُقْرَضُ شَفَاهُهُمْ بِمَقَارِيْضَ مِنْ نَارِ قُلْتُ : مَنْ هَؤُلاَءِ يَا جِبْرِيْلُ ؟ قَالَ : خُطَبَاءُ اُمَّتِكَ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ مَالاَ يَفْعَلُوْنَ. (رواه البخارى ومسلم)

Artinya: “Seorang laki-laki diseret pada hari kiamat lalu dilemparkan ke dalam api neraka. Maka keluarlah usus-ususnya, lalu mengitari neraka sambil membewa usus-usus itu seperti keledai berputar dengan menarik rodanya. Lalu berkumpul para ahli neraka mengitarinya seraya bertanya: Hai Fulan kenapa keadaaanmu menjadi demikian? Bukankah kamu dahulu memerinyahkan supaya berbuat baik dan melarang berbuat kemungkaran? Orang itu menjawab: memang dahulu aku menyuruh kalian supaya melakukan yang ma’rif, tetapi aku sendiri tidak melakukannya dan aku melarang kalian melakukan kemungkaran, tetapi aku sendiri melakukannya. Usman berkata dan aku mendengarnya (Nabi SAW) bersabda: Pada malam Isra aku melewati kaum-kaum yang bibir-bibir mereka digunting dengan gunting-gunting yang terbuat dari api neraka. Aku bertanya: Siapakah mereka hai Jibril? Jibril menjawab: mereka adalah para juru ceramah umatmu yang mengatakan apa-apa yang tidak mereka perbuat.” (H.R. Bukhari dan Muslim dengan lafadh dari Muslim).

Sebagian ulama salaf mengatakan bahwa, ilmu akan berkurang jika si pemiliknya tidak mengamalkannya, menyerukan, atau menyebarkannya, tetapi semakin bertambah kuat dengan mengamalkan, menyerukan dan mengajarkannya kepada orang-orang. Berbagai eksperimen dan penelitian dalam bidang Ilmu Pendidikan dan Psikologi telah membuktikan kebenaran ungkapan diatas, sedangkan ajaran Islam telah menyatakan hal tersebut puluhan abad yang silam.
Orang yang mengamalkan ilmu maka baginya akan mendapatkan pahala yang tetap seperti apa yang telah diamalkan oleh orang yang mengamalkan ilmu yang telah kita sampaikan dan tidak akan dikurangi selama-lamanya malahan akan terus-menerus akan bertambah sampai wafat. Orang mengamalkan ilmu maqam-maqam keberuntungan mereka , setiap amal yang diamalkan akanmenjadi timbangan-timbangan kebaikan bagi orang yang mengamalkan ilmu.
Ilmu akan memberikan kekhususan-kekhususan bagi pemiliknya apabila dia menyampaikan dan mengamalkannya, sehingga dia akan mendapatkan keberuntungan yang besar, baik di dunia maupun di akhirat. Sedangkan apabila tidak mengamalkan ilmu yang sudash kita dapat, maka akan menjadi sesat dan lupa terhadap Allah SWT. Untuk itu kita harus mengamalkan ilmu yang kita dapat. Ilmu yang kita dapat jangan dimilki sendiri sehingga orang lain yang belum tahu tidak dapat mengetahui ilmu yang kita dapat. Orang yang tidak mengamalkan ilmunya yang sudah didapat disamakan dengan pohon yang tidak berbuah. Jadi agar ilmu yang kita dapat bermafaat maka harus mengamalkannya.
Diantara metode belajar dengan pengalaman dan laitihan adalah sebagaimana para sahabat mempelajari cara berwudhlu Rasullulah SAW cara beliau membetulkan mereka, atau saling membetulkan diantara para sahabat. Diantaranya hadist yang diriwayatkan dari Usman bin Affan, bahwa ia berdoa dengan air wudhlu, kemudian tertawa danbertanya kepada para sahabatnya: Apakah kkalian tidak bertanya apa yang membuatku tertawa? Mereka bertanya: Wahai Amirul Mu’minin apa yang telah membuatmu tertawa? Usman menjawab: Aku melihat Rasullulah berwudhlu sebagaimana aku berwudhlu, kemudian tertawa dan bertanya. Apakah kalian tidak bertanya apa yang telah memnuatku tertawa? Mereka bertanya: Wahai Rasullulah apa yang telah membuatmu tertawa? Beliau menjawab: Sesungguhnya hamba apabila berdoa dengan berwudhlu lalu membasuh wajahnya, maka Allah akan menghilangkan darinya setiap kesalahan yang mengenai wajahnya, apabila membasuh kedua tangannya, maka demikian pula, apabila mengusap kepalanya, maka demikian pula.
Di dalam hadist ini terdapat kata-kata Usman: Aku melihat Rasullulah berwudhlu, dengan kata lain apa yang dilakukan sejalan dengan apa yang diteladankan Rasullulah. Ini adalah pendidikan dengan metode mengikuti, mengamalkan, melazimkan, dan mencontoh secara praktis. Dalam hadist ini juga terdapat peniruan perilaku Rasul serta penghayatannya, yaitupeniruan sabda Rasul disertai kesannya, seperti tertawa. Kadangkala para rawi mengukuti para sahabat dalam menerapkan metode ini.
Penukilan tentang gerakan-gerakan Rasul ini merupakan salah satu metode pendidikan Islam, yang pengaruhnya tampak secara jelas pada sebagian Ulama Hadist. Mereka tidak cukup hanya dengan menceritakan sabda-sabda Rasullulah SAW saja akan tetapi juga menirukan segala perbuatan dan gerakan-gerakannya.
Dalam hadist ini terdapat sebuah tuntunan bagi pendidik mengenai pelaksanaan pendidikan dengan menggunakan metode At-Tarbiyah Bi Al-Mumarasah Wa Al-‘Amal. sebagai contoh, dalam rangka mengajarkan wudhlu, pendidik berwudhlu dengan sempurna dihadapan pelajarnya. Kemudian ia meminta mereka supaya berwudhlu seperti ia berwudhlu atau mengulang seluruh gerakan yang dipraktikkan tadi. Dengan demikian., pendidik telah mengikuti salah satu metode pendidikan Islam yang menukilkan kepada kita dari para sahabat Rasullulah SAW dengan pengarahan beliau.
Sudah dijelaskan bahwa betapa pendidik dituntut menggugah siswanya agar berusaha keras untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari di dalam kehidupan mereka. untuk keperluan tersebut pendidik hendaknya mengharapkan para siswanya dengan berbagai permasalahan dalam realita kehidupan, agar mereka mampu mencari jalan keluar serta menerapkan ilmu di dalam pelbagai kondisi kehidupan pribadi dan sosial. Misalnya tuntutan pendidik menganai pelaksanaan pendidikan dengan menggunakan metode At-Tarbiyah Bi Al-Mumarasah Wa Al-‘Amal, antara lain dalm rangka mengajarkan wudlu, pendidik berwudlu dengan sempurna di hadapan para pelajarnya. Sebelumnya ia terlebih dahulu meminta kepada mereka untuk memperhatikannya, agar mereka mampu meniru cara berwudlu atau mengulang seluruh gerakannya. Dengan demikian, pendidik telah mengikuti salah satu metode pendidikan Islam yang dinukilkan kepada kita dari para sahabat Rasullulah SAW dengan pengarahan beliau.
Metode At-Tarbiyah Bi Al-Mumarasah Wa Al-‘Amal ini merupakan metode praktis untuk menghafal. Rasullulah SAW mengajarkan doa-doa yang penting dan ayat-ayat Al-Qur’an kepada sahabat secara praktis, yaitu dengan membacakannya dan mengulangnya di hadapan mereka disertai dengan memperdengarakan ayat dan doa itu dengan maksud mendapatkan pembetulan.

C. Tujuan At-Tarbiyah Bi Al-Mumarasah Wa Al-‘Amal
Penggunaan metode At-Tarbiyah Bi Al-Mumarasah Wa Al-‘Amal ini diharapkan dapat:
1. Menggugah akhlaq yang baik pada jiwa siswa sehingga ia tumbuh menjadi pribadi yang lebih istiqomah dan bahagia. Adapun karakteristik akhlaq dimaksud, diantaranya adalah kerapian kerja, rasa tanggungjawab akan ketepatan melaksanakan pekerjaan, merendahkan diri, suka bekerja, menjauhkan diri dari tipu daya setan, tidak malas, tidak melempakan pekerjaan kepada orang lain, rasa berhasil atau rasa sukses yang mendalam.
2. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
3. Untuk menentukan angka kemajuan hasil belajar masing-masing anak didik.
4. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
5. Untuk mengenal latar belakang anak didik yang mengalami kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan tersebut.
6. untuk memberikan pekerjaan ada peserta didik secara kontinyu agar pesarta didik dapat terbiasa melakukannya. Sehingga peserta didik terbiasa berperilaku yang mulia, serta mempunyai daya kreativitas dan produktivitas yang profasional dan terampil dalam mengerjakan sesuatu.
7. Memiliki ketrampilan gerak seperti menghafal kata-kata, menulis, mempergunakan alat dan lain-lain.
8. Dapat menggunakan daya fikirnya yang makin lama makin bertambah baik. Serta akan menambah pengetahuan dari berbagai segi dan akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih mendalam.

D. Kelebihan dan Kelemahan At-Tarbiyah Bi Al-Mumarasah Wa Al-‘Amal
Metode At-Tarbiyah Bi Al-Mumarasah Wa Al-‘Amal juga mempunyai kelebihan dan kekurangan, diantara kelebihannya sebagi berikut:
1. Perseta didik dalam memperoleh pengtahuan dan ketrampilan cepat ditanggap dalam waktu cepat.
2. menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontunyu dan disipiln diri.
3. peserta didik akan lebih semangat dan terbiasa untuk beramal kepada Allah SWT.
4. Dapat menimbulkan rasa percaya diri terhadap peserta didik, bahwa peserta didik berhasil dalam belajarnya telah memiliki ketrampilan kusus yang berguna di kemudian hari.
5. Guru mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang disipiln dalam belajar dengan siswa yang tidak disiplin.
6. Peserta didik akan terbiasa bekerja dengan cermat dan teliti serta pencapaian hasil kerja yang relevan.
Metode At-Tarbiyah Bi Al-Mumarasah Wa Al-‘Amal juga mempunyai kekurangan antara lain:
1. Menghambat bakat dan inisiatif peserta didik, metode ini berarti minat dan inisiatif peserta didik dianggao sebagai gangguan dalam belajar atau dianggap tidak layak dan kemudian dikesampingkan.
2. Menimbulkan penyesuaian secara statis terhadap lingkungannya. Dalam kondisi belajar ini pertimbangan inisiatif siswa selalu disorot dan tidak diberi kebebasan. Siswa menyelesaikan tugas secara status sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru.
3. Membetuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah siswa melakukan sesuatu secara mekanis dan dalam memberikan stimulus dibiasakan bertindak secara otomatis.
4. Dapat menimbulkan Verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghafal dimana siswa dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hafalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan hafalan tersebut tanpa suatu proses berpikir secara logis.

0 comments:

Post a Comment