HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU

A. Pengertian Ilmu Dan Filsafat
Ilmu adalah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistema mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang hal ihwal yang diselidikinya (alam dan manusia) sejauh yang dijangkau yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset, dan eksperimental.
Sedangkan filsafat ialah “ilmu istimewa” yang coba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat di jawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalah termaksud di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akalbudinya untuk memahami (mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral hakikat sarwa-yang ada:
1). Hakikat Tuhan.
2). Hakikat alam semesta,
3). Hakikat manusia.
Filsafat kerjanya hanya berfikir, tidak melakukan riset atau eksperimen. Itu diserahkannya kepada ilmuwan. Hasil ilmuwan itu menjadi bahan pemikirannya. Ilmuwan disamping meneliti, ia juga berfikir. Cara pemikirannya itu radikal dan sistematis. Tetapi cara dan sasaran pikirannya terbatas. Ia membatasi diri pada satu segi atau unsur kenyataan yang ditujunya sekeping kebenaran.
Ilmuwan memikirkan tentang peristiwa hujan. Ia membatasi diri untuk apa sebabnya dan bagaimana peristiwanya. Dan hal ini terkait dengan data. Ia tidak memikirkan apa maksud dan tujuan hujan. Tenaga apa yang menggerakkannya, apakah asal tenaga itu dari materi atau ruh. Pemikirannya membatasi diri pada peristiwa hujan. Dari yang terbatas, yaitu khusus, pemikiran selanjutnya bergerak kepada yang umum. Ini adalah pemikirannya filsafat tentang hujan sebagai suatu yang nyata, filosof menentang pemikirannya sejauh-jauhnya, menjadilah pemikiran itu bersifat universal. Apa maksud hujan? Apa tujuannya? Apa maknanya, gunanya, nilainya?
Makhluk berfikir adalah manusia. Manusia berfikir adalah filosof. Filosof adalah manusia. Tetapi manusia bukan filosof. Semisal dengan sapi adalah hewan, sapi adalah hewan, tapi hewan bukan sapi.
Berfilsafat adalah berfikir. Tetapi berfikir bukan berfilsafat. Berfikir yang dikatakan berfilsafat adalah apabila berfikir itu mengandung tiga ciri: radikal, sistematis, dan universal.
Tiga ciri berfikir filsafat.
1. Radikal berasal dari radix (bahasa Yunani), berarti akar. Berfikir radikal, berpikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak separuh-paruh, tidak berhenti di jalan, tapi terus sampai ke ujungnya. Tidak ada tabu, tidak ada yang suci, tidak ada yang terlarang bagi berfikir yang radikal itu.
2. Sistematis: berfikir sistematis ialah berfikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggungjawab dan saling hubungan yang teratur.
3. Universal: yang umum, berfikir universal tidak berfikir khusus, terbatas pada bagian-bagian tertentu, tapi mencakup keseluruhannya. Yang universal ialah yang mengenai keseluruhan. Berfikir tentang hujan misalnya, bukan terbatas dengan kemarin atau yang ahri ini, tapi seluruh hujan. Berfkir tentang manusia tidak hanya mengenai manusia Indonesia, manusia Afrika, manusia Eropa, tapi manusia sebagai makhluk. Lawan umum atau universal ialah khusus. Perkara yang khusus masuk lapangan ilmu.

B. Macam-Macam Ilmu
Ada bermacam-macam ilmu, diantaranya sebagai berikut:
a. Ilmu Praktis.
Ia tidak hanya sampai kepada hukum umat atau abstraksi, tidak hanya terhenti pada teori, tapi menuju kepada dunia kenyataan. Ia mempelajari hubungan sebab – akibat untuk diterapkan dalam alam kenyataan.
b. Ilmu Praktis Normatif.
Ia memberi ukuran-ukuran (kriterium) dan norma-norma.
c. Ilmu Praktis Positif.
Ia memberikan ukuran atau norma yang lebih khusus dari pada ilmu praktis normatif. Norma yang dikaji ialah bagaimana membuat sesuatu atau tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai hasil tertentu.
d. Ilmu Spekulatif – ideologis.
Ilmu spekulatif yang tujuannya mengaji kebenaran objek dalam ujud nyata dalam ruang dan waktu tertentu.
e. Ilmu Spekulatif – nomotetis.
Ia bertujuan mendapatkan hukum umum atau generalisasi substantif.
f. Ilmu Spekulatif – teoritis.
Ia bertujuan memahami kausalitas. Tujuannya memperoleh kebenaran dari keadaan atau peristiwa tertentu.

C. Persamaan Dan Perbedaan Filsafat Dan Ilmu
Persamaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:
1. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
2. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadia-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya.
3. Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
4. Keduanya mempunyai metode dan sistem.
5. Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
Adapun perbedaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut::
1. Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu.
2. Objek formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, objek formal ilmu itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mnegadakan penyatuan diri dengan realita.
3. Filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan.sedangkan ilmu haruslah diadakan riset. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada keguanaan pragmatis, sedang keguanaan filsafat timbul dari nilainya.
4. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
5. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendlam sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause).
Antar ilmu dan filsafat terdapat dua titik singgung antara lain:
1. Historis, pada mula sekali filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagaiman filsuf identik dengan ilmuwan.
2. Objek material ilmu ialah alam dan manusia sedang objek material filsafat ialah alam dan manusia (di samping masalah ketuhanan).

D. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU
Menurut pandangan kaum filosof sekarang. Pandangan itu terbagi dua;
1. Hubungan erat antara keduanya.
Perkembangan ilmu harus bersama-sama dengan filsafat, bahkan ada yang menyamakan filsafat dengan ilmu.
2. Filsafat tidak terkait dengan ilmu.
Ia otonom dan tidak mau diperalat oleh ilmu.
Pandangan yang pertama dianut dunia Universitas Eropa umumnya, semenjak akhir abad ke-19. Filosof-filosof mempelajari hasil ilmu. berdasarkan ilmu itu ia membentuk pandangan-pandangan atau teori filsafat. Pernyataan filsafat harus berdasarkan fakta-fakta penelitian ilmiah. Tanpa pendasaran demikian pernyataan itu tidak bernilai. Ada pula filosof yang berpendapat bahwa fundamen ilmu, melakukan analisa-analisa logis metode-metode yang dipakai ilmu.
Dengan demikian hakikat filsafat adalah riset epistemologi. Filsafat diminta untuk memberi laporan atau sintesa hasil yang dicapai filosof yang beranggapan, ruang gerak filsafat sudah begitu sempit, bahkan mungkin lenyap, andai kata ia tidak menyatukan diri dengan ilmu.
Pandangan kedua menganggap bahwa filsafat itu otonom. Dengan demikian tidak ada hubungan antara filsafat dan ilmu, bahkan keduanya itu saling-tantang. Bukanlah tugas filsafat untuk jadi ilmu, menyelidiki pengertian-pengertian kritis dasar ilmu atau memperhatikan dan menyimpulkan hasil-hasilnya. Pengertian-pengertian yang dipakai oleh filsafat berbeda dengan yang dipakai oleh ilmu. Masing-masing misalnya mempergunakan kata-kata ruang, waktu, tenaga, zat, roh, sebab, akibat, hukum alam, kuantitas, kualitas, dan lain-lain dengan mengisikan pengertian-pengertian yang berbeda.
Bahasa yang dipakai dalam filsafat dan ilmu dalam beberapa hal saling tumpang tindih. Bahasa yang dipakai filsafat berusaha untuk berbicara mengenai ilmu dan bukannya di dalamnya ilmu. Walaupun begitu apa yang harus dikatakan oleh seseorang ilmuwan mungkin penting pula.
Bagi seorang filsuf, satu hal yang tidak dapat dilakukan oleh seorang filsuf ialah, mencoba memberitahukan kepada seorang ilmuwan mengenai apa yang harus ditemukannya. Contohnya, pada masa mudanya, Hegel mencoba membuktikan bahwa di langit hanya mungkin terdapat sejumlah planet tertentu. Selagi ia mencoba “membuktikan” fakta ini, para ahli astronomi telah menemukan suatu planet lebih banyak dari pada yang ditetapkan Hegel.

DAFTAR PUSTAKA


Anshari, Endang Saifuddin. Ilmu Filsafat Dan Agama. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987.
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005..
Gazalha, Sidi. Sistematika Filsafat. Jakarta: PT Bulan Bintang, 1992.
Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsaat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1996.
Salam, Burhanuddin. Pengantar Filsafat, Cet II.Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988.

0 comments:

Post a Comment