IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

A. PENDAHULUAN
Selain pada muamalah yang berkenaan dengan aqidah (keimanan) dan ibadah khusus (mahdah) yang bersifat baku dan operasional, islam hanya memberikan pedoman hidup yang bersifat fundamental dengan nilai-nilai transcendental yang sesuiai dan menjadi kebutuhan hidup manusia. Dengan kata lain, nilai-nilai implementasinya sebagian besar di serahkan manusia.
Akan hal pendidikan, yang merupakan muamalah duniawiah, maka secara fitrah telah menjadi tugas manusia untuk memikirkan dan mengembangkannya secara terus menerus, seiram dengan perubahan dan tantangan zaman.ini menuntut para pendidi muslim untuk menyusun konsep pendidikan berdasarkan ideologo pendidikan islam yang relefan dengan perubahan zaman dan mampu menjawab setiap tantangan berdasarkan nilai-nilai dasar Islam

B. IDEOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
1. Pengertian Ideologi
Ideologi adalah kumpulan konsep bersisitem yang di jadikan asas pendapat atau kejadian yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungga hidup.
Ideologi oleh arip rahman dalam bukunya yang berjudul” politik ideologi pendidikan “ mempunyai dua pengertian, pengertian secara fungsional dan secara struktural. Secara fungsional, ideology diartikan sebagai pemikiran yang digunakan untuk kebaikan bersama (common goode). Dalam hal ini ideology bias muncul karena kekecewaan pada saat ini dan mempunyai niatan untuk memperbaiki di zaman akan dating.
Sedangkan ideology structural, diartikan sebagai alat pembenar bagi kebijakan dan tindakan kaum penguasa. Mungkin pada zaman orde baru kita masih teringat dengan namanya penataran P4. itu adalah alat yang digunakan pembenar bagi tindaka-tindakan Negara kepada masyarakatnya. Seolah-olah perbuatan pemerintah itu semua benar dan wajib di ikuti. Sehingga yang tidak cocok dengan kebijakan serta tidak mau melaksanakannya akan di anggap pembangkang.
2. Ideologi Pendidikan
Sehubungan dengan pendidikan, ideology di artikan sebagai perangkat aturan yang di yakini dan dijadikan landasan bagi pendidikan dalam rangka mencapai tujuan.sebuah ideology pendidikan akan bergantung pada aliran pendidikan itu sendiri, yaitu koservatif dan liberal.
a) Ideologi Konservatif
Dalam pandangan ideology konservatif ini memandang bahwa ketidak sederajatan masyarakat merupakan sesuatu yang alami, sesuatu hal yang sangat mustahil untuk kita hindari. Perubahan dalam faham yang merupakan sesuatu hal yang tidak perlu di perjuangkan karena faham ini percaya bahwa perubahan akan menciptakan sebuah kesengsaraan baru. Dan ideology pendidikan konservatif juga mempunyai tiga tradisi pokok, yaitu fundamentalisme pendidikn, intelelektualisme pendidikan dan koservasme pendidikan.
Fundamentalisme pendidikan pada dasarnya inti pada intelektualime, atau biasa dikatakan sebuah gerakan yang tidak mementingkan dasar-dasar filosofis atau menggunakan filsafati namun sedikit dan cenderung menerima diri tanpa melakukan aksi kritik pada sisitem yang sudah mapan.gerakan ini kalau di agama seperti gerakan puritan yang melakukan pembenaran terhadap teks-teks yang di wahyukan pada tuhannya. Sedangkan manusia menjadi saksi bisu, padahal bisa saja orang yang mengartikan al-qur’an itu adalah orang yang mempunyai kepentingan untuk dirinya sendiri, seperti kampaye dalam politik praktis.
Sedangkan intelektualisme pendidikan di landaskan dari konservatisme polotik yang melegimatis pemikiran filosofis atau religius otoritarian. Ideology ini ingin merubah praktek-praktek politik dan pendidikan demi menyesuaikan secara lebih sempurna dengan cita-cita intelektual atau rohaniah yang sudah mapan.
Dan konservatisme pendidikan berbeda dengan dua ideology diatas karena cenderung mendukung ketaatan terhadap lembaga-lembaga dan proses budaya yang sudah teruji oleh wahyu. Konservatisme menaruh hormat terhadap hukum dan tatanan sebagai landasan social yang kontruktif.
b) Ideology Liberal
Dalam pendidikan ini berkeyakinan bahwa dalam masyarakat terjadi banyak masalah termasuk urusan masalah pendidikan. Namun mereka beranggapan masalah pendidikan tidak akan ada sangkut paut dengan persoalan politik dan ekonomi masyarakat. Tetapi pendidikanlah yang bisa menyesuikan dengan perubahan arah politik dan perkembangan perekonomian.
Ideology liberal ini memang lahir dari cita-cita individualisme barat, bangsa barat menggambarkan manusia ideal itu adalah rasionalis liberal. Pada dasarnya manusia mempunyai potensi tingkatan yang sama dalam intelektual, baik dalam tatanan alam maupun tatanan social yang dapat ditangkap dengan akal. kelemahan ideologi liberalisme terletak pada pengaruh faham positivistic yang sangat kuat, karena adanya pemisahan antar fakta dengan nilai menuju pemahaman obyektif.
3. Idelogi Pendidikan Islam
Konsep pendidikan islam secara normatif sarat dengan nilai-nilai transendeltal ilahiah dan insaniah. Semua itu dapat di wadahi dalam bingkai besar yang di sebut humanisme teosentris.
Implementasi ajaran ini dalam praktik kehidupan dan pendidikan dapat fleksibel atau luwes, selama substansinya tetap terpelihara, yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana hakikat ajaran islam, sebagai agama fitrah,memang ditujukan untuk kebutuhan manusia itu sendiri.
Sejak awal abad 20 sampai sekarang humanisme merupakan konsep kemanusiaan yang sangat berharga karena konsep ini sepenuhnya memihak pada manusia, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia untuk memelihara dan menyempurnakan keberadaannya sebagai makhluk mulia. Dalam hal ini ali syari’ati mendeskripsikan ke dalam tujuh prinsip. Dasar kemanusiaan sebagai universal yaitu:
1) Manusia adalah mahkluk asli, artinya ia mempunyai substansi yang mandiri diantara mahkluk-makhluk yang lain, dan memiliki esensi kemuliaan.
2) Manusia adalah makhluk yang memilki kehendak bebas yang merupakan kekuatan paling besar dan luar biasa. Kemerdekaan dan kebebasan memilih adalah dua sifat illahiah yang merupakan ciri menonjol dalam diri manusia.
3) Manusia adalah mahkluk yang sadar (berfikir) sebagai karakteristik manusia yang paling menonjol. Sadar berarti manusia dapat memahami realitas alam luar dengan kekuatan berfikir.
4) Manusia adalah mahkluk yang sadar akan dirinya sendiri, artinya dia adalah mehkluk hidup satu-satunya yang memiliki pengetahuan budaya dan kemampuan membangun peradaban.
5) Manusia adalah makhluk kreatif, yang menyebabkan manusia mampu menjadikan dirinya mahkluk sempurna didepan alam dan dihadapan Tuhan.
6) Manusia mahkluk yang mempunyai cita-cita dan merindukan sesuatu yang ideal artinya dia tidak menyerah dan menerima “apa yang ada” tetapi selalu berusaha mengubahnya menjadi “ apa yang semestinya”.
7) Manusia adalah mahkluk moral yang hal ini berkaitan dengan masalah nilai (value).
Humanisme yang diangkat menjadi paradigma ideology islam pada dasarnyajuga bertolak dari ketutuh prinsip dasar kemanusiaan tersebut yang implicit dalam konsep fitrah manusia. Namun demikian, humanisme dalam padangan islam tidak dapat dipisahkan dari prinsip teosentrisme. Dalam hal ini, keimanan “tauhid” sebagai inti ajaran islam, menjadi pusat seluruh orientasi nilai.namun perlu diperjelas, bahwa semua itu kembali kepada manusia yang dieksplisitkan dalam tujuan risalah islam. Rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam).

Dalam kontek pendidikan islam dengan pancasila sebagai ideology dan demokrasi sebagai jalan besar menuju kesuburan nasionalisme pada masing-masing sector. Maka dalam pendidikan islam khususnya lembaga pendidikan NU harus dikembangkan berdasarkan paradigma yang berorientasi pada:
1. Paradigma pendidikan islam harus didasarkan pada filsafat teocentris dan antroprosentis sekaligus.pendidikan islam yang ingin dikembangkan adalah pendidikan yang menghilangkan atau tidak ada dikotomi antara ilmu dan agama, serta ilmu tidak bebas nilai tetapi bebas dinilai. Selain itu, mengajarkan agama dengan bahasa ilmu pengetahuan yang rasional tanpa meningkatkan sisi tradisional.
2. Pendidikan islam mampu mengembangkan keilmuan dan kemajuan kehidupan yang intregatif antara nilai spiritual, moral dan material bagi kehidupan manusia.
3. Pendidikan islam mampu membangun kompotisi manusia dan mempersiapkan kehidupan yang lebih baik berupa manusia demokratis, kompetetif, inovatif dan bermoral berdasarkan nilai-nilai islam.
4. Pendidikan Islam harus disusun atas dasar kondisi linkungan masrarakat, baik kondisi masa kini maupun kondisi masa yang akan datang, karena perubahan lingkungan merupakan tantangan dan peluang yang harus diproses secara cepat dan tepat. Pendidikan islam yang dikembangkan sulalu diorientasikan pada perubahan lingkungan, karena pendekatan masa lalu hanya cocok bahkan sering kali menimbulkan problem yang dapat memundurkan dunia pendidikan.
5. Pembaruan pendidikan Islam diupayakan untuk memberdayakan potensi umat yang disesuai dengan kebutuhan kehidupan masyarakat modern tanpa meninggalkan khasanah klasik. System pendidikan islam harus dikembangkan berdasarkan karakteristik masyarakat local yang demokratisasi, memiliki kemampuan partisipasi social, menta’ati dan menghargai supermasi hukum, menhargai hak asasi manusia, menghargai perbedaan (pluralisme), memiliki kemampuan kopetensi dan kemampuan inovatif.
6. Penyelenggaraan pendidikan islam harus diubah bedasarkan pendidikan demokratis dan pendidikan yang bersifat sentralistik baik dalam menejemen maupun dalam punyusunan kurikulum harus disesuikan dengan tuntutan pendidikan demokratis dan desentralitik. Pendidikan islam harus mampu mengembangkan kemampuan untuk berpartisipasi didalam dunia kerja, mengembangkan sikap dan kemampuan inovatif serta meningkatkan kualitas manusia.
7. Pendidikan islam lebih menekankan dan diorientasikan pada proses pembelajaran, diorganisir dalam struktur yang lebih bersifat fleksibel, menghargai dan memperlakukan peserta didik sebagai individu yang untuk situasi masa lalu dan sering tidak tepat jika diterapkan pada kondisi berbeda memiliki potensi untuk berkembang, dan diupayakan sebagai proses berkesinambungan serta senantiasa beriteraksi dengan lingkungan.
8. Pendidikan islam harus diarahkan pada dua dimensi, yaitu “pertama, dimensi dialektika (horisotal) yaitu pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan manusia dalam hubungan lingkungan sosiol dan manusia harus mengatasi tantangan dunia sekitarnya melalui pengembangan iptek, dan kedua, dimensi ketundukan vertical,yaitu pendidikan selain sarana untuk memantapkan, memlihara sumberdaya alam dan lingkungannya, juga memahami hubungannya dengan sang maha pencipta, yaitu allah SWT “
9. Pendidikan islam lebih diorientasikan pada upaya” pendidikan sebagai proses pembebasan, pendidikan sebagai proses pencerdasan, pendidikan menjunjung tinggi hak-hak manusia. Penidikan menghasilkan tindakan perdamaian,pendidikan sebagai proses pemberdayaan potensi manusia, pendidikan menjadikan anak berwawasan integatif, pendidikan sebagai wahana membangun watak persatuan, pendidikan menghasilkan manusia demokratis, pendidikan menghasilkan manusia perduli terhadap lingkungan” , dan harus dibangun suatu pandangan bahwa ”sekolah bukan satu-satunya instrument pendidikan”
Akan tetapi masyarakat dan semua tang bersinggungan dalam keseharian kita merupakan instrumen pendidikan. Dengan kesembilan poin dasar paradigma pedidikan islam ini, dapat kita simpulkan bahwa islam sebagai sebuah system keyakinan akan mampu memberikan perubahan dan kemajuan bangsa ini dari segala sector kehidupan tanpa harus mengorbankan golongan lain dengan alasan islamisasi atau formalisasi syariat islam yang telah nyata akan meruntuhkan kesatuan berbangsa dan bertanah air Indonesia.

PSIKOLOGI DALAM LINTAS SEJARAH

A. Sejarah Perkembangan Psikologi
“Psikologi” berasal dari Yunani “Psyche” artinya jiwa dan “Logos” artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi, psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa serta macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Sebelum berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang definisi dari nyawa maupun jiwa. Nyawa adalah hidup jasmani yang berupa perbuatan dalam proses belajar, sedangkan jiwa adalah daya hidup rohani yang berisifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur perbuatan pribadi.
Jiwa mengalami perubahan disebabkan oleh faktor individual maupun sosial kultural yang melingkupinya. Pada abad sebelum masehi, para ahli fikir Yunani dan Romawi seperti Socrates, Aristoteles, Plato dan Galenus, dan lain-lain, telah berusaha mengetahui kejiwaan manusia dengan cara spekulatif (dugaan saja) dan merupakan berpikir filosof kuno. Pada ke-17 sampai 19, psikologi dipengaruhi oleh ilmu alam. Mereka beranggapan, jiwa tunduk pada hukum-hukum alam biasa, menyelidiki dan menguraikan proses dan penyataan psikis menurut hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat (kausal). Psikologi yang terpengaruh perkembangan ilmu kimia menyatakan, sesuatu terjadi dari zat terkecil dari unsur pokok. Ahli-ahli berpendapat, jumlah atau kumpulan unsur-unsur mewujudkan atau kebulatan yang berarti. Dengan demikian jiwa dianggap sebagai benda mati, yang proses berlangsungnya mekanis dan tunduk pada hukum. Manusia hanya djadikan objek, pribadinya tidak dapat mempengaruhi atau mengatur proses dan pernyataan psikisnya sendiri. Perpaduan ini disebut asosiasi, dan unsur-unsur yang terpadu menjadi kebulatan (totalitas) menurut hukum disebut psikologi.

B. Pendapat-Pendapat Para Ahli Psikologi
1. Socrates (469-399 SM)
Karena terpengaruh para Sophis Socrates mengajarkan logika sebagai alat yang terpusat pada diri, bahkan lebih sekedar promosi terhadap gagasan yang relaif, dan itu merupakan kebenaran yang dicintai, diharapkan dan diyakini. Socrates juga berpandangan bahwa setiap manusia memendam jawaban dalam berbagai persoalan yang nyata. Masalahnya mereka tidak menyadarinya, sehingga diperlukan orang lain, misalnya bidan untuk membantu manusia untuk membentuk sebuah ide. Socrates mengembangkan idenya menggunakan metode tanya jawab atau disebut juga “socratic method” atau “maieutics”. Maieutics dihapus oleh R. Rogers (1943) menjadi teknik dalam psikoterapis atau “non direcitive techniques”, yaitu teknik psikologi untuk menggali persoalan-persoalan dalam diri pasien sehingga ia menyadarinya tanpa diarahkan oleh psikolog atau psikoterapinya. Socrates menekankan pengertian “diri sendiri” bagi manusia. Semboyannya adalah “Belajar yang sesungguhnya pada manusia adalah belajar tentang manusia.”

2. Plato (427-347 SM)
Indra manusia tidak dapat dipercaya atau diyakini, karena banyak yang menyesatkan. Kebenaran yang hakiki tidak dapat dicapai indera karena semua yang nampak palsu. Sesuatu yang hakiki dapat berupa ide.
Mengenai jwa, Plato menyebutnya sebagai sifat immaterial yang desebabkan, jiwa sejak dulu sudah ada pada alam sensurik atau dikenal “Pre Eksistensi Jiwa”. Menurutnya jiwa menempati dunia sensoris (penginderaan) dan dunia idea (berfikir). Berbicara tentang jiwa sensoris, Plato membedakan antara kehendak dengan keinginan. Kehendak dikuasai akal sedangkan keinginan bersifat menentang akal. Selain itu Plato menyebutkan tiga aspek pada manusia, yaitu: berfikir, kehendak dan keinginan. Ketiga aspek ini mempunyai lokalisasi sendiri-sendiri berfikir (Logisticon) mempunyai lokalisasi di otak, kehendak (Thumeticon) mempunyai lokalisasi di dada dan keinginan (Abdomen) mempunyai lokalisai di perut. Ketiga istilah tersebut disebut “TRICHUTOMI” yaitu yang mendasari aktivitas-aktivitas kejiwaan manusia. Menurut Plato dunia memilki kebajikan: kebijaksanaan akal, keberanian berkehendak dan penguasaan diri patuh pada akal.

3. Aristoteles (384-322 SM)
Hakikat segala yang berwujud adalah nampak oleh indra. Setiap yang nampak memilki dua pengertian, yaitu “HULE” artinya materi atau bahan yang terbentuk, dan “MORPHE” artinya bentuk benda, kemudian istilah tersebut dengan “HOLE-MORPHEISME”. Dalam teorinya Aristoteles mengklasifikasikan:
a ANIMA VEGETATIVA, jiwa tumbuh-tumbuhan yang terbatas makan dan berkembangbiak saja.
b ANIMA SENSITIVA, jiwa yang fungsinya mengindera dan menggunakan nafsunya untuk bergerak dan bergerak.
c ANIMA INTELEKTIVA, jiwa manusia yang berfungsi untuk berfikir dan berkehendak.
Aristoteles mengindentifikasikan berfikir dan berkehendak dengan istilah “DICHOTOMI”.

4. John Locke (1632-1704 M)
John Locke adalah peletak dasar-dasar aliran environmentalism (empirism). Di kemukakan bahwa pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan individu. Pengalaman ini dapat diperoleh dari faktor lingkungan. Dua aspek hubungan dengan lingkungan, John Locke membaginya dalam: sensation (pengideraan) dan reflection (refleks). Satu prinsip lagi yang dikemukakan John Locke adalah behaviour modification (modifikasi tingkah laku), yaitu “all behaviour is originally learned” (tingkah laku pada dasarnya dipelajari). Dalam pendidikan, aliran ini dinyatakan suatu faham yang faktor dan keturunan tidak diakui adanya.

C. OBYEK PEMBAHASAN PSIKOLOGI
Psikologi mempunyai obyek, yaitu jiwa. Sekarang ini belum ada seorangpun yang dapat mengetahuinya, karena bersifat abstrak. Menurut Nigel C. Benson dan Simon Grove, bagian-bagian yang dikaji oleh psikologi terdiri atas:
1. Psikologi Perkembangan.
2. Psikologi Sosial.
3. Psikologi Perbandingan.
4. Psikologi Individual.
5. Psikologi Kesehatan, dan lain-lain.
Ditinjau dari obyeknya, psikologi dibagi:
1. Psikologi Metafisika (meta= di balik, di luar; fisika= alam nyata)
Yang menjadi obyeknya adalah hal-hal yang mengenai asal usul jiwa, wujud jiwa, akhir jadinya dan sesuatu yang tidak terwujud yang tidak diselidiki dengan ilmu alam atau fisika.
2. Psikologi Empiris (empiris = pengalaman)
Dipelopori oleh Bacon dan John Locke. Menurut ahli-ahli empiris psikologi, tidak didasarkan dan diuraikan dengan falsafah atau teologi, melainkan pengalaman. Untuk memperoleh bahan, psikologi empiris menggunakan percobaan (eksperimen).

3. Psikologi Behavioursme (behaviour= tingkah laku)
Pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, lahir pada abad 20, dan dipelopori oleh Mac Dougall. Para ahli paham ini mempunyai prinsip-prinsip:
a. Obyek psikologi adalah behaviour yaitu gerak lahir yang nyata, reaksi-reaksi manusia terhadap rangsangan tertentu.
b. Unsur behaviour ialah refleksi, yaitu reaksi tak sadar atas perangsang dari luar tubuh.

KESULITAN BELAJAR

KESULITAN BELAJAR

A. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning disability. Terjemahan tersebut sesungguhnya kurang tepat karena learning artinya belajar dan disability artinya ketidakmampuan, sehingga terjemahan yang benar seharusnya adalah ketidakmampuan belajar.
Burton mengidentifikasikan seorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh Burton sebagai berikut :
1. Siswa dapat dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan minimal dalam pelajaran tertentu.
2. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya.
3. siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian social.
1. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai persyaratan bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya.
Dari keempat definisi diatas, dapat kita simpulkan bahwa seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan dalam program pelajaran maupun tingkat perkembangannya).
Menurut Clement kesulitan belajar adalah kondisi di mana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau diatas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensorimotorik.

B. Klasifikasi Kesulitan Belajar
Menurut Kirk dan Gallagher (1986), kesulitan belajar dikelompokkan menjadi dua kelompok besar :
1. Developmental Learning Disabilities
a. Perhatian (attention disorder)
Anak dengan attention disorder akan merespon berbagai stimulus yang banyak. Anak ini selalu bergerak, sering teralih perhatiannya, tidak dapat mempertahankan perhatian yang cukup lama untuk belajar dan tidak dapat mengarahkan perhatian secara utuh pada sesuatu hal.
b. Memory Disorder
Memory disorder adalah ketidakmampuan untuk mengingat apa yang telah dilihat atau didengar ataupun dialami. Anak dengan mgan masalah memory visual dapat memiliki kesulitan dalam me-recall kata-kata yang ditampilkan secara visual. Hal serupa juga dialami oleh anak dengan masalah pada ingatan auditorinya yang mempengaruhi perkembangan bahasa lisannya.
c. Gangguan Persepsi Visual dan Motorik
Anak-anak dengan gangguan persepsi visual tidak dapat memahami rambu-rambu lalu lintas, tanda panah, kata-kata yang tertulis, dan symbol visual yang lain. Mereka tidak dapat menangkap arti dari sebuah gambar atau anka atau memiliki pemahaman akan dirinya. Contohnya seorang anak yang memiliki penglihatan normal namun tidak dapat mengenali teman.
d. Thinking Disorder
Thinking disorder adalah kesulitan dalam operasi kognitif pada pemecahan masalah, pembentukan konsep dan asosiasi. Thinking disorder berhubungan dekat dengan gangguan verbal.
e. Language Disorder
Merupakan kesulitan belajar yang paling umum dialami pada anak pra sekolah. Biasanya anak-anak ini tidak berbicara aatu merespon dengan benar terhadap instruksi atau pernyataan verbal.
2. Academic Learning Disabilities
Academic Learning Disabilities adalah kondisi yang menghambat proses belajar yaitu dalam membaca, mengeja, menulis atau menghitung. Ketidakmampuan ini muncul pada saat anak menampilkan kinerja di bawah potensi akademik mereka.

C. Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis kesulitan belajar merupakan suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap/seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternative kemungkinan pemecahannya.
Ross dan Stanley menggariskan tahapan-tahapan diagnosis itu sebagai berikut :
1. Siapa siswa-siswa yang mengalami gangguan?
2. Dimanakah kelemahan-kelemahan itu dapat dilokalisasikan?
3. Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi?
4. penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan?
1. Bagaimana kelemahan itu dapat dicegah?

I. Macam-macam Kesulitan Belajar
a. Dilihat dari jenis kesulitan belajar
• Ada yang berat
• Ada yang sedang
b. Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari
• Ada yang sebagian mata pelajaran
• Ada yang sifatnya sementara
c. Dilihat dari sifat kesulitannya
• Ada yang sifatnya menetap
• Ada yang sifatnya sementara
d. Dilihat dari segi faktor penyebabnya
• Ada yang karena faktor inteligensi
• Ada yang karena faktor non-inteligensi.

II. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Ada beberapa penyebab kesulitan belajar yang te terdapat pada literature dan hasil riset (harwell, 2001) yaitu :
1. Faktor keturunan/bawaan
2. Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau premature
3. Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi atau ibu yang merokok, menggunakan obat (drug) atau meminum alcohol selama masa hamil.
1. Infeksi telinga yang berlubang pada masa bayi dan balita.
Sedangkan menurut Muhibbin syah, penyebab kesulitan belajar itu dipengaruhi oleh faktor intern anak didik dan ekstern anak didik. Menurutnya faktor-faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik anak didik, yaitu :
1. Yang bersifat kognititf (ranah cipta), antara lain rendahnya kapasitas intelektual anak didik.
2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), seperti labilnya emosi dan sikap.
3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran.
Sedangkan faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar anak didik.
I. Karakteristik Kesulitan Belajar
Menurut Vallet (dalam Sukadji, 2000) terdapat tujuh karakteristik yang ditemui pada anak dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar disini di artikan sebagai hambatan dalam belajar, bukan kesulitan belajar khusus.
1. Sejarah kegagalan akademik berulang kali.
Pola kegagalan dalam mencapai prestasi belajar ini terjadi berulang-ulang. Tampaknya memantapkan harapan untuk gagal sehingga melemahkan usaha.
2. Hambatan fisik/tubuh atau lingkungan berinteraksi dengan kesulitan belajar.
Adanya kelainan fisik, misalnya penglihatan yang kurang jelas atau pendengaran yang terganggu berkembang menjadi kesulitan belajar yang jauh di luar jangkauan kesulitan fisik awal.
3. Kelainan motivasional.
Kegagalan berulang, penolakan guru dan teman-teman sebaya, tidak adanya reinforcement. Semua ini ataupun sendiri-sendiri cenderung merendahkan mutu tindakan, mengurangi minat untuk belajar, dan umumnya merendahkan motivasi atau memindahkan motivasi ke kegiatan yang lain.
4. Kecemasan yang samar-samar, mirip kecemasan yang mengambang.
Kegagalan yang berulang kali, yang mengembangkan harapan akan gagal dalam dalam bidang akademik dapt menular ke bidang-bidang pengalaman lain. Adanya antisipasi terhadap kegagalan yang segera datang, yang tidak pasti dalam hal apa, menimbulkan kegelisahan, ketidaknyamanan, dan semacam keinginan untuk mengundurkan diri. Misalnya dalam bentuk melamun atau tidak memperhatikan.
5. Perilaku berubah-ubah, dalam arti tidak konsisten dan tidak terduga.
Rapor hasil belajar anak dengan kesulitan belajar cenderung tidak konstan. Tidak jarang perbedaan angkanya menyolok dibandingkan dengan anak lain. Ini disebabkan karena naik turunnya minat dan perhatian mereka terhadap pelajaran. Ketidakstabilan dan perubahan yang tidak dapat diduga ini lebih merupakan isyarat penting dari rendahnya prestasi itu sendiri.
6. Penilaian yang keliru karena data tidak lengkap.
Kesulitan belajar dapat timbul karena pemberian label kepada seorang anak berdasarkan informasi yang tidak lengkap. Misalnya tanpa data yang lengkap seorang anak digolongkan keterbelakangan mental tetapi terlihat perilaku akademiknya tinggi, yang tidak sesuai dengan anak yang keterbelakangan mental.
7. Pendidikan dan pola asuh yang didapat tidak memadai
Terdapat anak-anak yang tipe, mutu, penguasaan, dan urutan pengalaman belajarnya tidak mendukung proses belajar. Kadang-kadang kesalahan tidak terdapat pada system pendidikan itu sendiri, tetapi pada ketidak cocokan antara kegiatan kelas dengan kebutuhan anak. Kadang-kadang pengalaman yang didapat dalam keluarga juga tidak mendukung kegiatan belajar.

IV. Cara Mengatasi Kesilitan Belajar
Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor kesulitan belajar sebagaimana diuraikan diatas. Oleh karena itu mencari sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab penyerta lainnya, adalah menjadi mutlak adanya dalam rangka mengatasi kesulitan belajar.
Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu :
1. Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi. Menurut Sam Isbani dan R. Isbani dalam pengumpulan data dapat dipergunakan berbagai metode, diantaranya adalah Observasi, Kunjungan rumah, meneliti pekerjaan anak dll.
2. Pengolahan data
Semua data yang telah terkumpul dari tahap pertama harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak. Langkah yang ditempuh antara lain identifikasi kasus, membandingkan antara kasus, membandingkan dengan hasil tes serta menarik kesimpulan.
3. Diagnosis
Diagnosis dapat berupa keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak, keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar serta keputusan mengenai faktor utama Penyebab kesulitan belajar.
4. Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam penyusunan program bantuan terhadap anak didik yang berkesulitan belajar dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan rumus 5W+1H.
5. Treatment (perlakuan)
Perlakuan disini dimaksudkan adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan antara lain melalui bimbingan belajar individual, melalui bimbingan belajar kelompok, melalui remedial teaching dll.
6. Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik. Bila treatment gagal harus diulang, kegagalan treatment yang kedua harus diulangi dengan treatment berikutnya. Begitulah seterusnya sampai benar-benar dapat mengeluarkan anak didik dari kesulitan belajar.

PENGELOLAAN PESERTA DIDIK, PENGELOLAAN KELAS DAN PERENCANAAN PEMBELJARAN

PENGELOLAAN PESERTA DIDIK, PENGELOLAAN KELAS DAN PERENCANAAN PEMBELJARAN

A. Pengelolaan Peserta Didik
Peserta didik dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan yang beragam, ada yang pandai, sedang dan kurang. Sebenarnya tidak ada peserta didik yang pandai atau bodoh, yang lebih tepat adalah peserta didik dengan kemampuan lambat atau cepat dalam belajar. Dalam materi yang sama, bagi peserta didik satu memerlukan dua kali pertemuan untuk dapat memahami isinya. Untuk itu, guru guru perlu mengatur kapan peserta didik bekerja secara perorangan, berpasangan, kelompok, atau klasikal. Jika kelompok, kapan peserta didik dapat dikolompokkan berdasarkan kemampuannya sehingga ia dapat berkonsentrasi membantu peserta didik yang kurang, dan kapan peserta didik yang dikelompokkan secara campuran berbagai kemampuan sehingga terjadi tutor sebaya.
Selain itu, kursi dan meja peserta didik dan guru juga perlu ditata sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik, yakni memungkinkan hal-hal sebagai berikut:
1. Aksesibilitas: peserta didik mudah menjangkau alat atau sumber belajar yang tersedia.
2. Mobilitas: peserta didik dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam kelas.
3. Interaksi: memudahkan terjadi interaksi antara guru dan peserta didik, maupupun antar peserta didik.
4. Variasi kerja peserta didik: memungkinkan pesrta didik bekerjasama secara perorangan, berpasangan, atau kelompok.
Karakteristik siswa adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola altivitas dalam meraih cita-citanya.
Mengenai pembicaraan karakteristik siswa ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, seperti misalnya kemampuan intelektual, kemampuan berfikir, mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor dan lain-lain.
2. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan statis sosial.
3. Karakteristiuk yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
Pengetahuan mengenai karakteristik siswa ini memiliki arti yang cukup penting dalam interaksi belajar mengajar. Guru dalam perananya sebagai pendidik, pembimbing, dan pengganti orangtua di sekolah, perlu mengetahui data-data pribadi diri anak didiknya.

B. Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Ketika kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar.
Menurut Reigeluth, (1983) hasil belajar peserta didik yang efektif, efisien dan mempunyai daya tarik dipengaruhi oleh kondisi pembelajaran.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas.
Berbagai faktor yang menyebabkan merumitan dalam pengelolaan kelas secara umum dibagi menjadi dua faktor yatu : faktor interen siswa dan eksteren siswa.
Faktor interen siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran dan prilaku. Kepribadian siswa dengan ciri-ciri khusunya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari segi aspek, yaitu perbedaan biologis, intelektual dan psikologis.
Sedangkan faktor ekstern siwa terkait dengan pengelolaan suasana laingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa. Jumlah siswa dikelas. Masalah siswa di kelas misalnya dua puluh orang ke atas cenderung lebih mudah terjadi koflik.
b. Pengelolaan kelas yang efektif.
Untuk mengelola kelas yang efektif perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kelas adalah kelompok kerja yang organisir untuk tujuan tertentu, yang dilengkapi dengan tugas-tugas dan diarahkan oleh guru
2. Dalam situasi kelas guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tapi bagi semua anak atau kelompok.
3. Kelompok mempunyai prilaku sendiri yang berbeda dengan prilaku masing-masing individu dalam kelompok itu
4. Kelompok kelas mempersiapkan pengaruhnya kepada anggota. Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka di kelas soal mereka belajar.
5. Praktek guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa. Makin meningkat keterampilan guru mengelola secara kelompok, makin puas anggota-anggota dalam kelas
c. Struktur kelompok pada komunikasi dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara guru mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun bagi mereka yang opotis, masa bodoh, atau bermusuhan.

C. Perencanaan Pembelajaran
Apa yang harus diperbuat guru dalam masing-masing tahap mengajar dapat diikuti dalam urutan berikut:
1. Tahap Sebelum Pengajaran
dalm tahap ini guru harus menyusun: program tahunan pelak sanaan kurikulum, program semester atau catur wulan pelaksanaan kurikulum, program satuan pelajaran dan perencanaan program mengajar. Dalam merencanakan progrom tersebut di atas purlu di pertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan:
1. bekal bawaan yang ada pada sisiwa (pupil entering behaviour).
2. Perumus tujuan pelajaran.
3. Pemilihan metode.
4. Pemilihan pengalaman-pengalan belajar.
5. Pemilihan bahan pengajaran, peralatan, dan fasilitas belajar.
6. Mempertimbangkan karakteristik siswa.
7. Mempertimbangkan cara membuka pelajaran, pengembangan, dan menutup pelajaran.
8. Mempertimbangkan peran siswa dan pola pengelompokan.
9. Mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar.
2. Tahap Pengajaran
beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam tahap pengajaran ini adalah:
1) Pengelolaan dan pengendalian kelas.
2) Penyapaian informasi, ketrampilan-ketrampilan, konsep, dan sebagainya
3) Penggunaan tikah laku verbal, misalnya ketrmpilan bertanya, demonstrasi, penggunaan model.
4) Penggunaan tingkah laku non-vebal seperti gerak pindah guru dan sasmita guru.
5) Cara mendapat balikan.
6) Memepertimbangkan prinsip-prinsip psikologi, antaralain: motivasi, pengullangan, pemberian penguatan, balikan kognitif, pokok-pokok yang akan dikembangkan, mata rantai kognitif, transfer, keterlibatan aktif siswa.
7) Mendiagnosis kesulitan belajar.
8) Menyajikan kegiatan sehubungan dengan perbedaan individual.
9) Mengevaluasi kegiatan interaksi.
3. Tahap Sesudah Pengajaran
tahab ini merupakan kegiatan atau perbuatan setelah pertemuan tatap muka dengan sisiwa. Beberapa perbuatan guru yang nampak pada tahap sesudah mengajar, antara lain:
a. Menilai pekerjaan sisiwa.
b. Membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya.
c. Menilaikembali proses belajar mengajar yang telah berlangsung ketiga tahap pengajaran tersebut harus mencerminkan hasil belajar siswa yang berkaitan dengan kognitif, afektif, psikomotor.

HADITS TENTANG ZAKAT MAL DAN ZAKAT FITRAH

HADITS TENTANG
ZAKAT MAL DAN ZAKAT FITRAH

Hadits Tentang Zakat Mal

حَدَّثَنَا مُحَمَّد اَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ خَبَرَنَا زرباء بنِ اِسحَاق عَنِ بْنِ عَبْدُ اللهِ بْنِ صَيْفِ عَنْ اَبِى مَوْلَى بْنِ عَبَّاسْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : قَالَ رَسُوْل اللهِ صَامَ لِمُعَادِ بْنِ جَبَلَ حِيْنَ بَعْثَهُ اِلَى الْيَمَنِ : اِنَّكَ مَتَأْتِى قَوْمًا اَهْلَ كِتَابٍ فَاءِذَ جِئْنَهُمْ فَادْعُهُمْ. إلَى اَنْ يَشْهَدُوْ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ فَإِنْ هُمْ اَطَاعُوْ اللهَ بِذلِكَ فَأُخْبِرْهُمْ. اَنَّ اللهَ قَدْ فِرَنِى عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَدُ مِنْ اَغْنِيَائِهِمْ فَتُرِدُ عَلَى فُقَرَائِهِمْ فَإِنْ هُمْ اَطَاعُوْ لَكَ بِذَالِكَ فَاَيَّكَ وَكْرَثِمِ الْمُوَالِهِمْ وَابودعوه الظُّلُوْمِ فَإِنَّهُ لَبُسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ (رواه البخارى) "باب حد الصدقة من اعنياء وحوف الفقراء)

Artinya:
Dari Muhammad dari Abdullah...............berkata Rasullulah SAW kepada Muazd bin Hambal dia diutus ke Yaman: Sesungguhnya kamu datang pada suatu kaum ahli kitab maka ketika kamu telah datang pada mereka serulah mereka pada persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Apabila mereka menaatinya maka beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu setiap hari dan malam. Apabila mereka menaatinya maka beri tahukanlah bahwa Allah mewajibkan kepada mereka sedekah dalam harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka lalu diberikan kepada orang miskin mereka. Apabila mereka menaatimu dalam hal itu maka hendaklah engkau berhati-hati harta terbaik mereka dan waspadalah terhadap do’adalah orang-orang yang teraniaya karena tidak ada penghalang dengan Allah.


Arti kosa kata:
Mewajibkan : اوجب :فرض
Diberikan : تعطى
Orang-orang yang teraniaya : المظلوم
Diambil : يؤخد

Tahrij Hadits:
Hadits di samping diriwayatkan oleh Bukhari bab zakat juga diriwayatkan oleh perowi lainnya:
1. Imam Muslim dalam Shohih Muslim bab Iman No. Hadits 26 dan 31.
2. An-Nasa’i dalam Sunan Nasa’i bab zakat.
3. Ad-Darimi dalam Sunan Darimi bab zakat.

Adapun hadits lain yang menjelaskan tentang zakat mal adalah:
حدثنا قعيبة بن معيد الثقثىُّ، حدثنا اليث عن عقيل، عن الزهرى اخبرنى عبد الله بن عبد الله بن عتبة عن ابى هريرة قال : (لما توفيى رسول الله صام. واستخلف ابو بكر بعده وكفر من كفر من العرب قال عمر بن المخطاب لأبى بكر كيف تقاتل الناس وقد قال رسول الله صام امرت ان اقاتل الناس حتى يقول لا إله الا الله. فمن قال لا إله الا الله عصم مى ماله ونفسه إلا بعقيه وحسابه على الله؟ فقال ابو بكر : والله لا قتلن من فرق بين الصلاة والزكاة، فان الزكاة حق المال والله لومنعى نى عقالا كانو يؤذونه الى رسول الله صام لقاتلثر على منعه فقاثمر بن الخطاب فوالله ما هو الا ان رأيت الله قد شرح صدر ابى بكر للقتال قال فعرفت انه الحق (رواه ابو داودا فى باب وجوب الزكاة الجزء الثانى)
Artinya:
Dari Ubaidillah bin Abdullah Utbah bin Maksud bahwa Abu Hurairah RA berkata ketika Nabi wafat dan Abu Bakar Menggantikan kedudukannya lalu ingkarlah orang yang ingkar diantara bangsa Arab, maka Umar berkata kepadanya: Bagaimana engkau memerangi manusia, sementara Nabi telah bersabda “Aku diperintah untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan La Ilaahaa Illalah (tidak ada Tuhan selain Allah).” Barang siapa mengucapkannya maka terpeliharalah dariku harta dan jiwanya kecuali atas dasar haknya dan perhitungan hasilnya diserahkan kepada Allah.
Dia berkata demi Allah sungguhaku akan memerangi mereka yang memisahkan antara shalat dan zakat. Sesungguhnya zakat adalah hak harta. Demi Allah apabila tidak memberikan kepadaku (zakat) anak kambing yang biasa mereka berikan kepada Nabi, niscaya aku akan memerangi mereka karena tidak memberikannya.
Umar bin Khatab berkata: “Demi Allah, tidaklah melainkan Allah telah melapangkan dada Abu Bakar, maka aku mengetahui dia adalah benar.”
Zakat dalam tinjauan Etimologi (bahasa) berarti: nama (tumbuhan / berkembang)dikatakan “zaka zar’u” apabila tanaman itu bertumbuh. Kata ini dapat digunakan untuk harta dan juga berarti mensucikan.adapun menurut Terminology (syariat) kata “zakat” mencakup ke dua makna tersebut sekaligus menurut makna pertama dalam tinjauan syari’at adalah karena mengeluarkan zakat menjadi tumbuh dan berkembangnya harta atau dengan mengeluarkan harta, pahala menjadi banyak atau karena zakat itu berkaitan dengan harta yang berkembang seperti perdagangan dan pertanian. Maka pertama ini sesuai dalil bahwa “harta tidak berkurang karena sedekah” begitu pula pahala zakat akan dilipat gandakan seperti sabdanya: “Sesungguhnya Allah mengembangkan sedekah” adapun makna ke dua menurut tinjauan syari’at adalah karena zakat membersihkan jiwa dari sifat kikir dan dosa-dosa.
Ibnu al-Arabi berkata “kata zakat juga diartikan dengan sedekah wajib sedekah sunah, nafkah hak dan pemberian maaf.” Adapun zakatmenurut syari’at berarti memberikan sebagian dari nisab yang telah mencapai haul (batas waktu) kepada orang yang fakir atau yang sepertinya selain bani Hasyim dan bani Muthalib. Diantara rukun zakat adalah ikhlas, sedangkan syratnya adalah kepemilikan terhadap harta yang telah mencukupi nisab (ketentuan) serta haul (batas waktu). Adapun syarat bagi orang yang wajib mengeluarkannya adalah berakal, baligh dan merdeka. Zakat memilki konsekuensi hukum yaitu gugur kewajiban di dunia dan dilipatkannya pahala di akhirat. Sedangkan hikmah zakat, yaitu membersihkan diri dari kotoran, mengangkat derajat serta membebaskan orang-orang yang merdeka.

Hadits Tentang Zakat Fitrah

حَدَّثَنَا يَحْيَ بْنِ مُحَمَّدُ بْنُ السَّكَنِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَهْضُمْ حَدَّثَنَا اِسْمَاعِل بْنُ جَعْفَرِ عَنْ عُمَرَ بْنِ نَافِعِ عَنْ اِبِيْهِ عَنْ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ فَرَضَ رَسُوْل اللهِ صَامَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ حَمْرٍ اَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى الْعَبْدِ الْحُرِّ وَالذَّكَرَ وَاْلاُنْثَى وّالصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَاَمَرَبِهَا اَنْ تُؤَذِّى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ اِلَى الصَّلاَةِ (رواه مُسْلِم فِى باَبِ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَلَى الْمُسْْلِمِيْنَ مِنَ الثَّمْرِ وَالشَّعِيْرِ الجزء)

Terjemah hadits dari Yahya Muhammad Ibnu Sakan dari Muhammad Ibnu Jahdun............dr Ibnu Umar RA, dia berkata: Nabi mewajibkan zakat fitrah satu sha kurma, atau satu sha biji gandum atas budak, orang yang merdeka, laki-laki wanita, anak-anak dan orang tua diantara kaum muslimin. Dan beliau memerintahkana agar (zakat tersebuat) dikeluarkan sebelum manusia keluar untuk shalat (shalat Id atau hari raya).


Arti Kosa Kata:
Mewajibkan : اوجب :فرض
Dibayar tunai : نَدْفَعْ : تُؤَدِّى
Kurma : حَمْرٌ
Gandum : شَعِيْرٌ

Tahrij Hadits
Hadits disamping diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam bab zakat fitri kepada umat Islam dari kurma atau gandum. No. 673 juga diriwayatkan oleh perawi lain yaitu:
1. Imam Bukhari dalam shahih Bukhari bab zakat No. hadits 7 & 71.
2. Imam Abu Daud dalam sunah Abi Daud bab zakat No. Hadits 18 & 20.
3. Imam Nasa’i dan Sunan Nasa’i bab zakat No hadits 30, 32 dan 33.
4. Imam Ibnu Majah bab zakat No hadits 27.
5. Imam Muwatho’ No hadits 52.

Adapun hadits lain yang menjelaskan tentang zakat fitrah:
حَدَّثَنَا مَحْمُوْدُ بْنِ غِيْلاَنِ حَدَّثَنَا وَكِيْعٌ وَعَنْ زَيْدِ بْنِ سَلاَ عَنْ عِيَاضِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَعِيْدِ الْخُدْرِى قَالَ قُنَّا نُخْرِجُ زَكَاةَ الْفِطْرِ اِذَا كَانَ نَبِيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صَامَ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ اَوْ صَاعًا مِنْ سَعِيْرٍ اَوْ صَاعًا مِنْ حَمْرٍ اَوْ صَاعًا مِنْ كَلَمِ بِهِ النَّاسِ مِنْ اِنِّى لاَرِى مَدَّيْنَ مِنْ سَمْرَا، الشَّامِ تَعْدِلُ صَاعًا مِنْ حَمْرٍ (رَوَاهُ التُّرْمُذِى فِى باَبِ مَا جَاءَ فِى صَدَقَةِ الْفِطْرِ الجزء الثَّانِى)



Keterangan Hadits

Sedekah (zakat) fitrah ini dinisabkan kepada lafadz “fithr” (fitri) karena ia menjadi wajib saat orang-orang telah menyelesaikan puasa ramadhan.
Ibnu Khutaibah berkata maksud sedekah (zakat) fitrah adalah:
Sedekah (Zakat) jiwa yang diambil dari kata fitrah berarti tabiat dasar penciptaan. Namun pendapat pertama lebih mendasar, dan didukung oleh sabda beliau SAW pada sebagian jalur periwayatan hadits tersebut akan disebutkan (fitrah pada bulan ramadhan).
Ibnu daqiq al-Id berkata: menurut Urf Syar’i (syariat) telah memberi makna tersendiri bagi lafadz tersebut yakni kewajiban. Maka memahami lafadz pada hadits tersebut dengan makna syar’i adalah lebih tepat. Kenyataan bahwa sedekah ini dinamakan juga sebagai zakat. Telah mendukung pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Daqia. Sesuai dengan firman Allah: “Dan keluarkanlah zakat” yang kemudian Nabi menjelaskan ketentuan-ketentuan yang termasuk di dalamnya adalah zakat fitrah.
Tentang zakat fitrah Imam Muslim memberi tambahan dalam riwayatnya dari Malik dari Nafi’. شهر رمضان(Bulan ramadhan) lalu ini dijadikan dalil bahwa berlaku kewajiban ini adalah ketika matahari terbenam di malam hari raya Idul Fitri. Sebab saat itulah orang-orang yang melakukan puasa ramadhan dan kembali makan seperti semula (waktu sebelum ramdhan). Yaitu pendapat Ats-Tsauri, Ahmad, Ishaq, Imam Syafi’i (Dalam madzhabnya yang baru) serta salah satu dari dua pendapat yang dinukilkan dari Imam Malik. Adapula yang mengatakan, waktu berlakunya kewajiban zakat fitrah adalah saat fajar terbit di hari raya Idul Fitri, sebab malam bukan waktu untuk berpuasa, ini adalah pendapat Abu Hanifah, al-Laits, Imam Syafi’i (madzhabnya yang lama) serta pendapat dari Imam Malik al-Masari berkata: perbedaan ini bersumber dari pemahaman sabda Nabi.
الفِطْرِىْ مِنْ رَمَضَانِ
(Zakat fitrah bulan Ramadhan) yakni apakah lafadz “fitri” (kembali makan) yang maksudnya berbuka puasa pada setiap hari di bulan Ramadhan ataukah kembali makan karena berakhirnya bulan Ramadhan. Barang siapa yang berpendapat seperti makna pertama, maka ia mengatakan bahwa kewajiban mengeluarkan itu dimulai sejak matahari terbenam sedangkan yang berpendapat seperti makna kedua, maka ia mengatakan kewajiabannya dimulai saat terbit fajar.
Zakat adalah pemebersih jiwa bagi orang-orang yang berpuasa dan wajib dikeluarkan sebelum orang-orang melakukan shalat Id.
Hikmah memberlakukan zakat ini adalah sebagaimana yang terdapat dalam Sunan Abu Daud
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَامَ زَكَاةَ الْفِطْرِ ظُهْرَةً للصَّائِمِ مِنَ اللَّّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ
Rasul SAW memfardhukan zakat fitrah untuk menyucikan orang yang berpuasa dari kesia-siaan dan berkata kotor serta memberikan makan fakir miskin Zakat menambal kecacatan puasa. Dan demikianlah seluruh ibadah terkait dengan ibadah lainnya. Zakat fitrah menjadi penyempurna dan pelengkap sesuatu yang kurang.
Hal ini dijelaskan dengan hikmah dan rahasia-rahasia tertentu diantaranya yang berhubungan dengan orang-orang yang berpuasa maka zakat fitrah dapat emnyucikan puasa mereka dari kekurangan dan kecacatan. Zakat fitrah juga merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada hambanya. Zakat fitrah juga berhubungan dengan solidaritas sosial yaitu menutupi kebutuhan orang lain yang membutuhkan pertolongan. Memberikan makan yang kelaparan pada Hari Raya memberikan kegembiraan pada umat Islam.

TINJAUAN FILOSOFI TENTANG METODE PENDIDIKAN

1. Progresivisme
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak, berpusat pada guru atau bahan pelajaran.
Metode pendidikan
a) Metode Belajar Aktif
Metode pendidikan progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
b) Metode Memonitor Kegiatan Belajar
Mengikuti proses kegiatan-kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan tertentu apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar proses berlangsungnya kegiatan-kegiatan belajar tersebut. Bantuan-bantuan yang diberikan sebagai campur tangan dari luar diusahakan sedikit mungkin.
c) Metode Penelitian Ilmiah
Pendidikan progesif digunakannya metode penelitian ilmiah tertuju pada penyusunan konsep, sedangkan metode pemecahan masalah lebih tertuju pada pemecahan masalah-masalah kritis.
d) Pemerintahan Belajar
Pendidikan progesif merupakan belajar dalam kehidupan sekolah dalam rangka demokrasi dalam kehidupan sekolah, sehingga pelajar diberikan kesempatan untuk turut serta dalam penyelenggaraan kehidupan di sekolah.

e) Kerja Sama Sekolah Dengan Keluarga
Pendidikan progesif mengupayakan adanya kerja sama antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak untuk dapat terekspresikan secara alamiah semua minat dan kegiatan yang diperlukan anak. Upaya ini mendorong didirikannya sebuah organisasi guru dan orang tua murid, yang dipelopori oleh F.W. Paker di Chicago. Organisasi ini berfungsi sebagi forum komunikasi dan kerja sama dalam upaya pembaharuan pendidikan di sekolah.
f) Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan
Pendidikan progesif menganjurka pula peranan guru sekolah. Sekolah tidak hanya tempat belajar, tetapi berperan pula sebagai laboratorium pengembangan gagasan guru pendidikan.

2. Aliran Rekonstruksionalisme
Filsafat pendidikan Rekonstruksionalisme merupakan variasi dari progesifisme yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki.
Metode pendidikan Rekonstruksionalisme
Analisi kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan programatik untuk kebaikan. Dengan demikian menggunakan metode pemecahan masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan program aksi masyarakat.

3. Aliran Esensialisme
Esensialisme adalah aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.
Metode pendidikan Esensialisme.
1) Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered).
2) Pada umumnya diyakini bahwa pelajar tidak betul-betul menegetahui apa yang diinginkan, dan mereka harus dipaksa belajar. Oleh karena itu pedagogi yang bersifat lemah-lembut harus dijahui, dan memusatkan diri pada penggunaan metode-metode latihan tradisional yang tepat.
3) Metode utama adalah latihan mental, misalnya: melalui diskusi, melalui pemberian tugas dan penguasaan pengetahuan, misalnya: melalui penyampaiaan informasi dan membaca.

4. Aliran Perenialisme
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses pengembalikan keadaan seseorang. Perenialisme merupakan hasil pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk bersikap tegas dan lurus.
Fisafat pendidikan perenialisme tidak jauh berbeda dengan filsafat pendidikan esensialisme, kalu kebenaran yang esensial pada esensialis ada pada wahyu Tuhan.
Metode pendidikan Perenialisme
Latihan mental dalam bentuk diskusi, analisis buku-buku yang tergolong karya-karya besar, buku-buku besar tentang peradaban barat.

5. Aliran Eksistensialis
Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas. Akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya sendiri (callahan, 1983).
Metode pendidikan Eksistensialis
Seseorang akan menjadi lebih tahu tentang sesuatu melalui pengalaman. Hal ini bergantung kepada tingkat kesadaran masing-masing. Begitu pula nilai-nilai ditentukan oleh setiap individu. Orang tidak perlu menyesuaikan diri dengan nilai-nilai sosial, agar eksistensi dirinya tidak hilang.

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU

A. Pengertian Ilmu Dan Filsafat
Ilmu adalah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistema mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang hal ihwal yang diselidikinya (alam dan manusia) sejauh yang dijangkau yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset, dan eksperimental.
Sedangkan filsafat ialah “ilmu istimewa” yang coba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat di jawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalah termaksud di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akalbudinya untuk memahami (mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral hakikat sarwa-yang ada:
1). Hakikat Tuhan.
2). Hakikat alam semesta,
3). Hakikat manusia.
Filsafat kerjanya hanya berfikir, tidak melakukan riset atau eksperimen. Itu diserahkannya kepada ilmuwan. Hasil ilmuwan itu menjadi bahan pemikirannya. Ilmuwan disamping meneliti, ia juga berfikir. Cara pemikirannya itu radikal dan sistematis. Tetapi cara dan sasaran pikirannya terbatas. Ia membatasi diri pada satu segi atau unsur kenyataan yang ditujunya sekeping kebenaran.
Ilmuwan memikirkan tentang peristiwa hujan. Ia membatasi diri untuk apa sebabnya dan bagaimana peristiwanya. Dan hal ini terkait dengan data. Ia tidak memikirkan apa maksud dan tujuan hujan. Tenaga apa yang menggerakkannya, apakah asal tenaga itu dari materi atau ruh. Pemikirannya membatasi diri pada peristiwa hujan. Dari yang terbatas, yaitu khusus, pemikiran selanjutnya bergerak kepada yang umum. Ini adalah pemikirannya filsafat tentang hujan sebagai suatu yang nyata, filosof menentang pemikirannya sejauh-jauhnya, menjadilah pemikiran itu bersifat universal. Apa maksud hujan? Apa tujuannya? Apa maknanya, gunanya, nilainya?
Makhluk berfikir adalah manusia. Manusia berfikir adalah filosof. Filosof adalah manusia. Tetapi manusia bukan filosof. Semisal dengan sapi adalah hewan, sapi adalah hewan, tapi hewan bukan sapi.
Berfilsafat adalah berfikir. Tetapi berfikir bukan berfilsafat. Berfikir yang dikatakan berfilsafat adalah apabila berfikir itu mengandung tiga ciri: radikal, sistematis, dan universal.
Tiga ciri berfikir filsafat.
1. Radikal berasal dari radix (bahasa Yunani), berarti akar. Berfikir radikal, berpikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak separuh-paruh, tidak berhenti di jalan, tapi terus sampai ke ujungnya. Tidak ada tabu, tidak ada yang suci, tidak ada yang terlarang bagi berfikir yang radikal itu.
2. Sistematis: berfikir sistematis ialah berfikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggungjawab dan saling hubungan yang teratur.
3. Universal: yang umum, berfikir universal tidak berfikir khusus, terbatas pada bagian-bagian tertentu, tapi mencakup keseluruhannya. Yang universal ialah yang mengenai keseluruhan. Berfikir tentang hujan misalnya, bukan terbatas dengan kemarin atau yang ahri ini, tapi seluruh hujan. Berfkir tentang manusia tidak hanya mengenai manusia Indonesia, manusia Afrika, manusia Eropa, tapi manusia sebagai makhluk. Lawan umum atau universal ialah khusus. Perkara yang khusus masuk lapangan ilmu.

B. Macam-Macam Ilmu
Ada bermacam-macam ilmu, diantaranya sebagai berikut:
a. Ilmu Praktis.
Ia tidak hanya sampai kepada hukum umat atau abstraksi, tidak hanya terhenti pada teori, tapi menuju kepada dunia kenyataan. Ia mempelajari hubungan sebab – akibat untuk diterapkan dalam alam kenyataan.
b. Ilmu Praktis Normatif.
Ia memberi ukuran-ukuran (kriterium) dan norma-norma.
c. Ilmu Praktis Positif.
Ia memberikan ukuran atau norma yang lebih khusus dari pada ilmu praktis normatif. Norma yang dikaji ialah bagaimana membuat sesuatu atau tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai hasil tertentu.
d. Ilmu Spekulatif – ideologis.
Ilmu spekulatif yang tujuannya mengaji kebenaran objek dalam ujud nyata dalam ruang dan waktu tertentu.
e. Ilmu Spekulatif – nomotetis.
Ia bertujuan mendapatkan hukum umum atau generalisasi substantif.
f. Ilmu Spekulatif – teoritis.
Ia bertujuan memahami kausalitas. Tujuannya memperoleh kebenaran dari keadaan atau peristiwa tertentu.

C. Persamaan Dan Perbedaan Filsafat Dan Ilmu
Persamaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:
1. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya.
2. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadia-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya.
3. Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
4. Keduanya mempunyai metode dan sistem.
5. Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
Adapun perbedaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut::
1. Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu.
2. Objek formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, objek formal ilmu itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mnegadakan penyatuan diri dengan realita.
3. Filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan.sedangkan ilmu haruslah diadakan riset. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada keguanaan pragmatis, sedang keguanaan filsafat timbul dari nilainya.
4. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
5. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendlam sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause).
Antar ilmu dan filsafat terdapat dua titik singgung antara lain:
1. Historis, pada mula sekali filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagaiman filsuf identik dengan ilmuwan.
2. Objek material ilmu ialah alam dan manusia sedang objek material filsafat ialah alam dan manusia (di samping masalah ketuhanan).

D. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU
Menurut pandangan kaum filosof sekarang. Pandangan itu terbagi dua;
1. Hubungan erat antara keduanya.
Perkembangan ilmu harus bersama-sama dengan filsafat, bahkan ada yang menyamakan filsafat dengan ilmu.
2. Filsafat tidak terkait dengan ilmu.
Ia otonom dan tidak mau diperalat oleh ilmu.
Pandangan yang pertama dianut dunia Universitas Eropa umumnya, semenjak akhir abad ke-19. Filosof-filosof mempelajari hasil ilmu. berdasarkan ilmu itu ia membentuk pandangan-pandangan atau teori filsafat. Pernyataan filsafat harus berdasarkan fakta-fakta penelitian ilmiah. Tanpa pendasaran demikian pernyataan itu tidak bernilai. Ada pula filosof yang berpendapat bahwa fundamen ilmu, melakukan analisa-analisa logis metode-metode yang dipakai ilmu.
Dengan demikian hakikat filsafat adalah riset epistemologi. Filsafat diminta untuk memberi laporan atau sintesa hasil yang dicapai filosof yang beranggapan, ruang gerak filsafat sudah begitu sempit, bahkan mungkin lenyap, andai kata ia tidak menyatukan diri dengan ilmu.
Pandangan kedua menganggap bahwa filsafat itu otonom. Dengan demikian tidak ada hubungan antara filsafat dan ilmu, bahkan keduanya itu saling-tantang. Bukanlah tugas filsafat untuk jadi ilmu, menyelidiki pengertian-pengertian kritis dasar ilmu atau memperhatikan dan menyimpulkan hasil-hasilnya. Pengertian-pengertian yang dipakai oleh filsafat berbeda dengan yang dipakai oleh ilmu. Masing-masing misalnya mempergunakan kata-kata ruang, waktu, tenaga, zat, roh, sebab, akibat, hukum alam, kuantitas, kualitas, dan lain-lain dengan mengisikan pengertian-pengertian yang berbeda.
Bahasa yang dipakai dalam filsafat dan ilmu dalam beberapa hal saling tumpang tindih. Bahasa yang dipakai filsafat berusaha untuk berbicara mengenai ilmu dan bukannya di dalamnya ilmu. Walaupun begitu apa yang harus dikatakan oleh seseorang ilmuwan mungkin penting pula.
Bagi seorang filsuf, satu hal yang tidak dapat dilakukan oleh seorang filsuf ialah, mencoba memberitahukan kepada seorang ilmuwan mengenai apa yang harus ditemukannya. Contohnya, pada masa mudanya, Hegel mencoba membuktikan bahwa di langit hanya mungkin terdapat sejumlah planet tertentu. Selagi ia mencoba “membuktikan” fakta ini, para ahli astronomi telah menemukan suatu planet lebih banyak dari pada yang ditetapkan Hegel.

DAFTAR PUSTAKA


Anshari, Endang Saifuddin. Ilmu Filsafat Dan Agama. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987.
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005..
Gazalha, Sidi. Sistematika Filsafat. Jakarta: PT Bulan Bintang, 1992.
Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsaat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1996.
Salam, Burhanuddin. Pengantar Filsafat, Cet II.Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988.